1. Manusia
Secara bahasa, manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi
dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun
negatif.
Manusia di alam
dunia ini memegang peranan yang unik. Dan dapat di pandang dari banyak segi.
Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel
atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu
kimia). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling
terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energy (ilmu fisika).
Manusia merupakan mahkluk biologis yang tergolong dalam golongan mahkluk
mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial manusia merupakan mahkluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering
disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan mahkluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), nahkluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), mahkluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus
(filsafat) dan lain sebagainya.
Ada dua pandangan tentang unsur-unsur yang membangun
manusia :
1 Manusia terdiri
dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
- Jasad, yaitu badan kasar manusia yang tampak pada luarnya,
dapat diraba, difoto, serta menempati ruang dan waktu.
-
Hayat, yaitu mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan
gerak.
- Ruh, yaitu bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja
secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan pencipta yang bersifat
konseptual yang jadi pusat lahirnya kebudayaan.
-
Nafs, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2. Manusia sebagai
satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
- -
Id, yang merupakan struktur kepribaadian yang paling
primitif dan paling tidak tampak. Id merupakan libido murni, atau energy
psikis yang menunjukan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang
secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id
tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur
lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan
dunia luar.
- - Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama
kali di bedakan dari Id, sering kali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena perannya
dalam menghubungkan energy Id kedalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh
orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat
anak secara nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh prinsip
realitas, ego sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah lau
sehingga dorongan instingtual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat
diterima.
- - Superego, merupakan struktur kepribadian yang paling akhir,
muncul kira-kira pada usia 5 tahun. Dibandingan dengan Id dan Ego, yang
berkembang secara internal dalam diri individu, superego terbentuk dari
lingkungan eksternal. Jadi superego merupakan kesatuan standar-standar moral
yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam
lingkungan luar diri.
2.
Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah peran atau
fungsi
· Mahkluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa
sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tumbuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa,
wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubunhnya
hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat,tidak
dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi, jika manusia meninggal jiwanya
lepas dari tubuh dan kembali keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami
kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia sebagai peenggerak
dan sumber kehidupan.
· Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan
dengan mahkluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada abad dan kebudayaannya, karena
manusia dilengkapi oleh penciptannya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang
terdapat dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia
dan mempertimbangkan, menilai dan berkehendak menciptakan kebenaran, keindahan,
kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu
menciptakan kesenian.
· Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk hayati dan budayawi.
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor
hayati dan budayawi. Sebagai mahkluk hayati, manusia dapat dipelajari dari
segi-segi anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patalogi,
genetika, biodemografi, evolusi biologisnya, dan kemasyarakatannya,
kekerabatan, psikologi sosial, kesenian, ekonomi, perkakas,bahasa, dan
sebagainya.
· Makhluk
yang memiliki tenaga
dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhannya.
· Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan social, yg mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
· Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
· Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
· Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas.
· Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
· Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa erkembang
sesuai dengan martabat kemanusiaan-nya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Manusia memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya, manusia juga memiliki akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui
proses belajar yang terus menerus. Oleh karena itu manusia harus
bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu
interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus memiliki ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut
manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara
kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan
berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar hasil dari pendidikan, yakni
kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyarakat.
3.
Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur
merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari
Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khas-an dan pola pikir dan
kebiasaan yang terdapat di daerah Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo
seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi,
bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di
negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan
di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai. Kepribadian
bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam
bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang
mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya
masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata
dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik. Bangsa timur juga memiliki
kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada
adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur.
Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat
dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Minang yang masih
melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tari piring, tari gelombang, dan tari
pasambahan.
Berikut ini merupakan contoh
dari bagan Psiko-Sosiogram manusia:
Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah
tak sadar dan sub sadar, karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri
manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri. Misalnya dunia
mimpi dari manusia itu sendiri. Terkadang didunia mimpi itu sering timbul
beberapa hal yang mungkin tidak pernah disadari oleh manusia itu sendiri,
bahkan oleh otak manusia. Disebut daerah Sub sadar karena sewaktu-waktu unsur-unsur
yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan
sehari-hari, misalnya sebuah tragedi buruk yang pernah menimpa manusia itu
sendiri atau kita kenal dengan trauma tersendiri yang sulit untuk dilupakan, namun
manusia itu sendiri ingin melupakannya. Tragedy buruk itu kita misalkan
pada waktu peristiwa Gempa Tsunami di Aceh pada tahun 2006. Pada peristiwa itu,
pastinya meninggalkan trauma bagi para korban bencana Tsunami di Aceh. Trauma
tersebut sebenarnya ingin untuk dilupakan tetapi mereka merasa hal itu sangat
sulit dilupakan karena pada saat itu mereka dalam keadaan sadar.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran-pikiran dan
gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang
lain pun yang dapat mengetahuinya. Misalnya perasaan benci terhadap seseorang.
Perasaan itu ada dalam keadaan kita sadar, namun secara tidak langsung hal itu
tidak dinyatakan terang-terangan didepan seseorang yang dibencinya. Perasaan
itu terkadang hanya bergemelut didalam hatinya dan pikirannya sendiri tanpa ada
yang mengetahuinya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang
dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, yang
berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada di pikirannya
seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya. Misalnya dari segi pengetahuan, seseorang
membagi apa yang diketahuinya baik dari buku-buku yang telah dibacanya, atau
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan
karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa
menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia
yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada
lingkaran ini. Misalnya kita lihat segi perasaan, seseorang yang telah
menganggap oranglain sebagai seseorang yang mampu untuk menjadi tempat untuk
menanmpung berbagai curahan hatinya atau sesuatu yang dirasakannya.
Nomor 2 disebut lingkaran hubungan
berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan
pembeli. Pada daerah ini semua hubungan yang ada sudah sering kita lihat
berbagai contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antara pedagang dan
pembeli. Disini mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Pedagang membutuhkan
pembeli untuk membeli dagangannya, sedangkan pembeli membutuhkan barang untuk
dikonsumsinya. Ini adalah suatu hubungan timbal balik yang sudah sangat lumrah
terjadi dalam kehidupan kita.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan
jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal.
Disini manusia tersebut sudah mulai matang terhadap hal apa saja yang akan
dihadapi kedepannya. Misalnya sebuah keputusan yang harus diambil seseorang
ketika dia dalam sebuah masalah besar yang dihadapinya. Keputusan tersebut
begitu cepat diseleksi dalam otaknya. Sepersekian detik dia harus bisa keluar
dari masalah tersebut. Tentunya dia sudah memikirkan segala macam hal yang akan
dihadapinya kemudian hari.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar
yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah
yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai. Misalnya saat kita berada diluar
dari Negara Indonesia. Kita akan berpikir bahwa Negara yang kita kunjungi itu
sangat berbeda dengan Negara dimana kita tinggal yaitu di Indonesia. Hal yang
berbeda itu dilihat dari berbagai aspek yang ada. Dilihat dari kebudayaan,
pola pikir dan cara hidup manusia dinegara tersebut, dan berbagai macam aspek
lainnya.
Manusia memiliki tingakatan psikologi yang berbeda-beda.
Setiap kejadian yang kita alami, nantinya akan masuk ke dalam psikologi kita masing-masing
sesuai dengan tingkatannya. Dan pada saat itulah kita akan berpikir apa yang
harus kita lakukan nantinya untuk kebaikan dirinya sendiri. Manusia itu makhluk
yang sempurna karena diciptakan mempunyai pikiran.
4.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan = cultuur (Bahasa
Belanda) = culture (Bahasa Inggris) = tsaqafah (Bahasa Arab); berasal dari
perkataan Latin “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti cultre sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam”. Jadi, kebudayaan adalah hasil budi atau akal
manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Cultura
yang artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah ini berkembang
menjelang abad 18 melalui karangan Herder tentang sejarah semesta, Ideen zur Geschichte der Menscheit, dan
terutama karangan Klem berjudul
Allgemeine Culturgesschichte der Menscheit. Dalam analisa kedua tokoh ini
perkataan kultur atau kebudayaan dalam arti yang modern mendapat arti tingkat
kemajuan, yaitu tingkat pengerjaan atau pengolahan dicapai manusia pada suatu
ketika dalam perjalanan sejarah. Lebih jauh yang Alisjahbana menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh) penggolongan
defenisi kebudayaan. Pertama menekankan
kenyataan, bahwa kebudayaan itu adalah suatu keseluruhan yang kompleks, yang
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda, seperti pengetahuan,kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yang lain yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kedua, menekankan
sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagai warisan sosial atau
tradisi. Ketiga, menekankan segi
kebudayaan yang normatif, yakni kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup
manusia. Disini juga ditekankan cita-cita, nilai-nilai dan kelakukan. Keempat, pendekatan secara Psikologi,
kebudayaan sebagai penyesuaian manusia kepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer dan Keller yang menekankan penyesuaian manusia pada keadaan dan
syarat-syarat hidupnya. Sedangkan Kroeber
dan Kluckhohn menekankan usaha
belajar dan pembiasaan serta defenisi yang bersifat psikologi murni yang
dirumuskan dalam istilah psiko-analisis dan psikologi sosial. Kelima, menekankan hal-hal yang bersifat
struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan. Keenam, kebudayaan dipahami sebagai
hasil perbuatan atau kecerdasan manusia. Grover
merumuskan kebudayaan sebagai hasil pergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam
hal ini juga ditekankan pikiran-pikiran dan lambang-lambang. Ketujuh merupakan defenisi-defenisi yang
tidak lengkap dan tidak bersistem. Alisjahbana
maupun Koentjaraningrat mengakui
bahwa banyak sekali defenisi-defenisi kebudayaan yang mengacu pada suatu
disiplin ilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi juga sosiologi,
filsafat, sejarah maupun kesusasteraan. Berdasarkan ilmu Antroplogi, Koentjaraningra tmendefenisikan kebudayaan
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakandan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Zoetmulder melihat
kodrat manusia dengan akal-budinya merupakan titik tolak kebudayaan. Selanjutnya,
Soerjanto Poespowardojo dalam
memaknai kebudayaan menegaskan bahwa kebudayaan adalah identitas suatu bangsa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa kebudayaan bukan sekedar pakaian, melainkan hidup
yang setiap sikap dan perbuatan berdasarkan nilai yang dihayati. Kebudayaan di
satu pihak adalah ciptaan pribadi-pribadi manusia, namun juga merupakan ciptaan
seluruh masyarakat, karena seseorang tidak mungkin menciptakan karya budayanya
tanpa pengaruh dan pembentukan dari masyarakat,d imana dia dibesarkan. Maka,
kebudayaan adalah keseluruhan warisan yang dilanjutkan dari generasi yang satu
ke generasi seterusnya. Stephen K.
Sanderson tidak melihat kebudayaan sebagai pewarisan secara biologis,
tetapi kebudayaan sebagai keseluruhan karakteristik anggota sebuah masyarakat,
termasuk peralatan, pengetahuan, dan cara berpikir dan cara bertindak yang
telah terpolakan, yang dipelajari, dan disebarkan serta bukan merupakan hasil
dari pewarisan biologis. Sanderson
membagi empat karakteristik utama kebudayaan, pertama, kebudayaan mendasarkan diri pada simbol. Simbol sangat
esensial bagi kebudayaan, karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untuk menyimpan
dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yang membentuk kebudayaan. Kedua, kebudayaan itu dipelajari dan
tidak tergantung kepada pewarisan biologis dalam transmisinya. Ketiga, kebudayaan adalah sistem yang
dipikul bersama oleh anggota suatu masyarakat, yakni, ia merupakan representasi
dari para anggota masyarakat yang dipandang secara kolektif daripada individual.
5. Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur Kebudayaan adalah istilah lain dari
komponen-komponen pokok yang menjadi pembentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan
secara garis besar dapat di definisikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa
manusia yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan masyarakat.
v Cipta adalah
kemampuan akal pikiran yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
v Rasa adalah
kemampuan indra yang mendorong manusia unuk mengembangkan rasa keindahan yang
melahirkan karya-karya seni yang agung.
v Karsa adalah
kehendak manusia terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan.
Berdasarkan pengertian dan definisi diatas
tentang kebudayaan, maka dapat diketahui bahwa secara umum kebudayaan memiliki
7(tujuh) unsur penting yang menjadi komponen pokok pembentuk kebudayaan, yaitu:
1. Unsur peralatan dan perlengkapan
hidup (rumah, pakaian, kendaraan, dll.)
2. Unsur mata
pencaharian / perekonomian (pegawai, petani, buruh, dll.)
3. Unsur sistem
kemasyarakatan (hukum, kekerabatan, perkawinan, dll.)
4. Unsur bahasa baik
lisan maupun tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi
5. Unsur Kesenian (seni
tari, seni musik , seni rupa, dll.)
6. Unsur ilmu
pengetahuan dan teknologi.
7. Unsur agama dan
kepercayaan.
6. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman (dalam Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga
1. Gagasan (Wujud
ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya
tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu
kebudayaan material dan kebudayaan non- material.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
7.
Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan melakukan
banyak penyimpangan dari desain besar yang ingin mengendalikannya. Sudah
saatnya kita menganggap selesai perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk
terakhir kebudayaan Indonesia. Setiap orang secara potensial adalah pencipta
kebudayaan. (Nirwan Dewanto, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Pernyataan di atas, sesungguhnya menyadarkan kita bahwa
desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh,
kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya
modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan
yang mendunia/globalisasi sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah
gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah
banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya
menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan
sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung
mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Orientasi nilai bersifat komplek tetapi terpola pada
prinsip yang mengutamakan tatanan dan langsung pada tindakan dan pikiran
manusia yang berhubungan dengan solusi memecahkan masalah.
Terdapat 5 masalah pokok kehidupan manusia dalam sistem
nilai budaya, yaitu:
1. Hakekat hidup manusia
Hakekat hidup manusia merupakan orientasi yang menunjuk
pada karakter pembawaan sifat manusia. Yang dipandang sebagai pembawaan yang
baik, jahat, atau campuran dari itu. Manusia di pandang tidak hanya sebagai
baik atau jahat tetapi juga untuk merubah dan tidak dapat berubah. Kita harus
mengakui bahwa hubungan manusia sebagai campuran baik dan buruk, sedangkan yang
tidak sama adalah sebagai pandangan adalah netral. Terdapat 6(enam) solusi
potensial pada masalah ini, yaitu :
·
Manusia yang jahat tetapi dapat merubah.
·
Manusia jahat dan tidak dapat dirubah.
·
Manusia adalah netral yang respek pada baik dan jahat.
·
Manusia adalah campuran baik dan jahat.
·
Manusia itu baik tapi dapat berubah.
·
Manusia itu baik dan tidak dapat berubah.
2. Hakekat karya (aktifitas
) manusia
Aktifitas manusia dapat
dilihat dalam tiga cara, yaitu :
·
Doing
Merupakan orientasi yang melibatkan pada tipe aktifitas
yang hasilnya tampak pada eksternal individu yang diukur dengan sesuatu.
·
Being
Merupakan lawan yang exterm dari orientasi doing.
·
Becoming
Merupakan integrasi keseluruhan pada perkembangan diri.
3. Hakekat Waktu Manusia
Terdapat orientasi pada tiga
masa, yaitu :
-
Orientasi masa lalu adalah unggul dalam budaya dalam
penempatan nilai yang tinggi pada tradisi dimasa lalu.
- Orientasi masa sekarang yaitu dimana orang-orang member
perhatian yang relative kecil padaapa yang dikerjakan pada masa lalu dan pada
apa yang akan terjadi pada masa depan.
-
Orientasi masa depan adalah masa yang memiliki nilai tinggi.
4. Hakekat Alam Manusia
Terdapat tiga tipe utama,
yaitu :
Ø Menguasai alam,
orientasi ini melihat bahwa semua kekuatan alam dapat mengatasi masalah.
Ø Harmoni dengan
alam, memiliki makna bahwa tidak ada perbedaan antara kehidupan manusia,sifat
dan supernatural.
Ø Penaklukan kepada
alam yang unggul dinegara seperti spanyol, Amerika. Yaitu kita percaya bahwa
tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk mengontrol alam jika ada ancaman,
tidak sesuatu pun yang dapat terlepas dari bahaya.
5. Hakekat Hubungan Manusia
Terdapat tiga cara untuk
mengartikan hubungan dengan oranglain (Kluckhon dan Strodbeck) yaitu :
§ Individualism
Orientasi ini ditandai dengan otonomi individu dengan
kata lain individu adalah unik dan sebagaientitas tersendiri. Prioritas tujuan
dan sasarannya adalah memprioritaskan pada individu daripada kelompok.
§
Orientasi
langsung atau lineality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok dengan tujuan
kelompok merupakan prioritas utama. Menurut Kluckhon dan strodbeck kontinyuitas
dari kelompok adalah melalui waktu individu-individu adalah penting hanya untuk
anggota kelompok tersebut.
§
Collaterality
Orientasi ini memfokuskan pada kelompok tetapi bukan
perluasan kelompok melalui waktu. Sepertinya focus pada perluasan kelompok
secara lateral atau ke samping (anggota kelompok dari individu yang paling
dekat dalam waktu dan tempat). Tujuan dari kelompok diatas kepentingan
individu. Pada kenyataannya orang-orang tidak mempertimbangkannya kecuali vis a
vis/ sebagai lawan anggota kelompok.
5.
Perubahan Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam
masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia
memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu
setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang.
Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian,
sistem pengetahuan, serta keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut
tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit
untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari
organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat
dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar
organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat
komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan
karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut
Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan
kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta
mewarisi kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta
memiliki keunikan tersendiri. Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan
perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih
memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan
dimasa sekarang ini, misalnya masuknya
budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan
hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun
pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal mulai
dilupakan. Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian. Dulunya dalam
budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan
tertutup. Akan tetapi akibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut
berubah. Sekarang berpakaian yang membuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan
yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita. Sebagai contoh lain
jenis-jenis makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar. Masyarakat
sekarang lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti KFC, steak,
burger, dan lain-lain. Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut higienis,
modern, dan praktis. Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah
menjadi menu keseharian dalam kehidupan kita. Hal ini mengakibatkan makin
langkanya berbagai jenis makanan tradisional. Bila hai ini terus terjadi maka
tak dapat dihindarkan bahwa anak cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis
makanan tradisional yang berasal dari daerah asal mereka.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa.
Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun
kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian,
tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian
negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input dari negara lain yang
akan berpengaruh terhadap perkembangan di negranya.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana
mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan
sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama
Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleh negara
lain.
Penyebab terjadinya perubahan kebudayaan:
¨
Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang
ini masih terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih
praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya
lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan
dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari
budaya tersebut.
¨
Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak
terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya
ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya
ketahanan budaya bangsa.
¨
Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini.
Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari
budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui
pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi
budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
¨
Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan
tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena
seiring perubahan lingkungan alam dan fisik, pola pikir serta pola hidup masyakakat
juga ikut berubah.
¨
Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat,
kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan
ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat
dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya.
Sistem sasi mengatur tata cara serta musim penangkapan ikan di wilayah adatnya,
namun hal ini mulai di lupakan oleh masyarakatnya. Contoh lainnya saja khusus
dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi
itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak
tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, dan Korea melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi
siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin
banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer
lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara
pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian
memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah
berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian
dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.
¨
Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar
budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan
sebagai penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
9. Kaitan Manusia dan
Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat
terkait satu sama lain. Manusia di alam dunia ini mememgang peran yang unik,
dan dapat di pandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan
makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap
kegiatan sering disebuthomo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), makhluk yang
selalu ingin memiliki kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya dan lain
sebagainya.
Contoh hubungan manusia
dengan kebudayaan:
a. Secara sederhana
hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia, tetapi
apakah sederhana itu hubungan keduannya? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduannya berbeda tetapi
keduannya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dengannya. Tampak bahwa keduannya akhirnnya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan anatara manusia dengan
peraturan – peraturan
kemasyarakatnya. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang
dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupkan perwujudan
dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak
akan jauh menyimpang dari kemauaan manusia yang membuatnya. Apabila anusia
melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaaan manusia, dia akan menjadi terasing
atau telinasi.
b. Manusia dan
kebudayaan atau manusia dan masyarakat oleh karna itu memiliki hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak bisa
lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
Sumber:
Nugroho, Widyo & Muchiji, Achmad. MKDU Ilmu Budaya Dasar. Depok: Gunadarma.
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3