Pages

Saturday, November 1, 2014

#Pinternet Dampak Positif dan Negatif Internet Addiction dan Psikoterapi via Internet

 Sumber

Dampak Positif dan Negatif Internet

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat kehidupan aktivitas manusia juga berubah. Sekarang jarak bukan lagi alasan untuk tidak memberi kabar. Mulai dari telepon, Short Message Service (SMS) kini semakin mudah dan murah. Tak hanya telepon dan SMS, kini internet juga semakin murah, banyak dari penyedia layanan komunikasi berlomba untuk menjadi yang termurah. Indonesia sendiri termasuk salah satu pengguna internet terbesar didunia.

Jumlah pengguna internet semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pemanfaatan internet di dunia sekarang ini memang bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi banyak keuntungan dan
manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya dapat mempermudah manusia dalam menjalani tugas kehidupannya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi di sisi lain tidak sedikit kerugian dalam bentuk hal-hal negative, seperti munculnya fenomena cyberbullying.

Dampak positif dari penggunaan internet:
·      Sebagai sarana hiburan dan mengurangi kesepian
·      Untuk berbisnis
·      Memudahkan tugas kuliah atau pekerjaan
·      Memudahkan bersosialisasi dan berkomunikasi
·      Memudahkan mencari informasi
·      Sebagai perpustakaan online
·      Sebagai sarana dakwah secara online atau dikenal dengan istilah “syiar digital”

Dampak negatif dari penggunaan internet:
·      Memudahkan untuk mengakses situs porno
·      Menjadi boros
·      Berdampak pada fisik (mata lelah, pusing, sering mengantuk, dan lain-lain)
·      Menjadi addict
·      Acuh terhadap lingkungan social di dunia nyata
·      Menjadi lupa waktu, sehingga tugas dan pekerjaan sering diabaikan
·      Penyebaran virus secara tidak terkendali
·      Spyware dan Spam
·      Hadirnya situs yang bersifat provokasi, adu domba, dan fitnah (black campaign)
·      Kekerasan dalam dunia maya atau yang dikenal dengan istilah (cyber bullying)


Sumber :

Putri, Novrita Ade. (2013). “Subjective Well Being Mahasiswa Yang Menggunakan Internet Secara Berlebihan”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2, No.1.
Rahayu, Flourensia Sapty. (2012). “Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi”. Journal of Information Systems Vol. 8, Issue 1.
Setiawan, Ahmad Budi. (2011). “Penanggulangan Dampak Negatif Akses Internet di Pondok Pesantren Melalui Program Internet Sehat”. Jurnal penelitian Komunikasi. Vol. 14, No. 2, 99-114.


Internet Addiction 
Sumber

Internet merupakan salah satu media yang sekarang ini banyak digemari oleh remaja. Perkembangan pengguna internet dari tahun ke tahun sangatlah tinggi. Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Namun ada beberapa orang yang saat ini terkena salah satu dampak negatif dari penggunaannya. Tidak sedikit orang yang sangat bergantung pada internet sehingga individu kecanduan. Kecanduan internet bagi pelajar dapat diketahui melalui kegiatannya yang setiap hari setelah pulang sekolah atau malam hari banyak dijumpai remaja di depan komputer untuk melakukan internet. Internet telah membuat remaja kecanduan, karena di internet menawarkan berbagai fasilitas informasi, mainan, dan hiburan yang membuat remaja tidak ingin meninggalkan internet. Tanda-tanda remaja yang kecanduan internet, antara lain remaja merasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet.

Internet addiction  adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan sebagainya.

Kebanyakan orang yang kecanduan internet ini dikarenakan mereka menemukan kepuasan di internet, yang tidak mereka dapatkan di dunia nyata. Internet telah membuat remaja kecanduan, karena di internet menawarkan berbagai fasilitas informasi, mainan, dan hiburan yang membuat remaja  tidak ingin meninggalkan internet. Kebanyakan mereka terperangkap pada aktivitas negative seperti games, judi dan sex online walaupun tidak semua. 

Young (1999), membagi kcanduan internet ke dalam lima kategori, yaitu:
·  Cybersexual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situs-situs porno atau cybersex secara kompulsif.
·   Cyberrelationship addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan dalam dunia maya.
·    Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situs-situs perdagangan (cyber  shopping  atau  day trading)  atau  perjudian (cyber casino). 
·  Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situs-situs informasi secara kompulsif.
·   Computer addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada situ-situ permainan online.

Secara khusus, sejumlah gejala pola perilaku telah dicantumkan oleh Kimberley Young, seorang peneliti  tentang kecanduan internet, untuk menentukan apakah seseorang sudah digolongkan sebagai pecandu. Simtom itu adalah sebagai berikut:

1.  Pikiran pecandu internet terus-menerus tertuju pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain
2. Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnya
3.Yang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet
4. Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersinggung ketika yang bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet
5.  Adanya kecenderungan untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan
6. Penggunaan internet itu telah  membawa risiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier
7. Penggunaan internet menyebabkan pengguna membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya yang berlebihan dengan internet
8. Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan sebagainya

Fenomena Internet Addiction

Oleh: Hasanuddin
CEO Alvara Research Center

Pengguna Internet di dunia diprediksi akan mencapai 3 milyar pada akhir tahun 2014, prediksi yang di rilis oleh Badan Telekomunikasi Internasional PBB itu menyebutkan dengan angka tersebut maka 40% penduduk dunia tersambung koneksi internet pada akhir tahun 2014. Bagaimana dengan Indonesia, data terakhir yang di keluarkan APJII (Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia) menyebutkan pengguna internet di Indonesia sebesar 71,19 juta jiwa pada tahun 2013.

Setidaknya ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan pengguna internet beberapa tahun terakhir ini, Pertama, Indonesia mengalami “bonus demografi” yaitu meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Usia produktif merupakan fase kehidupan yang berada pada usia kerja dan usia subur, mulai 15 – 64 tahun.
Kedua, Meningkatnya jumlah kelas menengah Indonesia yang memiliki gaya hidup tinggi dan memiliki kemampuan daya beli yang baik. Dan Ketiga, Penetrasi pengguna internet di Indonesia yang semakin tinggi tidak hanya di kota besar tapi sudah sampai ke pelosok Indonesia.

Penetrasi pengguna internet yang semakin tinggi ternyata juga di barengi dengan tingginya waktu mereka mengakses internet, Survei yang dilakukan Alvara Research Center terhadap 1550 responden di 6 kota besar di Indonesia menunjukkan fenomena ini. Hampir 15 % pengguna internet di Indonesia sudah terjangkiti kecanduan akses internet (addicted users), yang masuk kategori kecanduan ini adalah mereka-mereka yang menghabiskan lebih dari 7 jam dalam satu hari untuk mengakses internet, itu berarti waktu akses internet sama atau bahkan lebih dari jam tidur mereka dalam satu hari.

Fenomena tingginya durasi pengguna internet dalam mengakses internet saat ini dinikmati oleh operator selular dan produsen smartphone. Operator selular berlomba-lomba menawarkan berbagai paket data dan internet sesuai dengan kebutuhan pengguna internet, kalau dulu penawaran operator selular sebatas paket time-based atau volume based, sekarang mereka sudah menawarkan paket yang berkaitan dengan aktivitas dan perilaku yang dilakukan pengguna internet, misal paket social media, paket browsing, paket messaging, dll.

Disisi lain produsen smartphone berlomba-lomba menawarkan produk dengan fitur terbarunya, hampir setiap bulan ada saja produsen smartphone yang mengeluarkan produk baru, baik smartphone mahal sampai smartphone yang berharga ratusan ribu saja.

Borosnya pengguna internet dalam mengalokasikan  dananya bisa tercermin dalam survey ini, Alokasi pengeluaran pengguna internet untuk telepon dan internet menempati porsi kedua setelah pengeluaran untuk kebutuhan pokok sehari-hari, lebih tinggi dari dana yang dialokasikan untuk tabungan dan investasi. Jadi katakanlah kalo total pengeluaran keluarga 5 juta maka pengeluaran untuk telepon dan internet sebesar 815 ribu (0,163 x 5 juta).

Dengan melihat berbagai temuan survey ini maka penting bagi setiap pemasar untuk menelaah lebih jauh kebiasaan dan perilaku pengguna internet ini. Baik perusahaan yang terkait langsung dengan internet maupun yang tidak terkait sama sekali akan terkena dampak perubahan perilaku pengguna internet ini.

Secara sadar atau tidak dengan adanya internet aspirasi dan perilaku konsumen Indonesia berubah secara drastif, kalo dulu konsumen Indonesi mungkin lebih nerimo, tapi sekarang dengan adanya internet dimana mereka lebih aktif terkomunikasi satu sama lain dan akses informasi yang tak terbatas, mereka cenderung memiliki sifat lebih terbuka dan lebih “cerewet” terhadap produk dan layanan yang mereka terima, karena itu pemasar juga dituntut harus mau membuka diri dan tidak gampang panas dalam menghadapi setiap tuntutan dan celotehan konsumen di media sosial.  

 Sumber :

Ningtyas, Sari Dewi Yuhana. (2012). “Hubungan Antara Self Control dengan Internet Addiction pada Mahasiswa”. Educational Psychology Journal 1 (1).
Soetjipto, Helly. P. “Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet”. Jurnal Psikologi Vol. 32, No. 2, 74-91.
Elia, Heman. (2009). “Kecanduan Berinternet dan Prinsip-prinsip Untuk Menolong Pecandu Internet”. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan, Vol.10, No.2, 285-299.


Psikoterapi via Internet
Sumber
Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi mencipn peran baru dalam profesi konseling. Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi psikolog atau guru Bimbingan Konseling untuk dapat berperan serta dan dapat menguasai berbagai keterampilan di dalamnya. Seringkali permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa atau remaja berawal dari dunia online, menyatakan bahwa teknologi informasi juga dapat secara sosial mengisolasi dan telah menyebabkan masalah sosial baru khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Tidak hanya itu, konselor juga dapat mengalami masalah di lapangan berawal dari dunia online.

Guru BK atau konselor dapat bertemu dengan klien dengan menggunakan teknologi. Kondisi ini bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya, memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secar langsung. Media yang biasa digunakan adalah website, telephone/handphone, email, chat, instant messaging, video conferencing.

Dengan adanya layanan konseling dengan basis internet diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehata psikologis serta untuk mendaptakan layanan konseling lebih mudah, dan juga lebih efisien dibandingkan harus bertemu dengan terapis secara langsung.

Dapat disimpulkan bahwa psikoterapi menggunakan internet dapat membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan psikologis. Tak hanya lebih efisien dan lebih mudah untuk dilakukan namun terapi klinis dengan menggunakan internet juga memiliki beberapa kelemahan. Namun di balik semua itu kita dapat dapat mengetahui bahwa dengan bertambah pesatnya perkembangan di bidang teknologi dapat membantu dalam perkembangan di dunia psikologi. Semakin bertambah kecanggihan teknologi layanan dalam bidang psikologi klinis juga dapat makin mudah dan juga efisien.

Sumber :
D, Juniawan G.S., A, Agnes Nurina D., Bahana, Raymond., Mulyani, Sri. (2008). “Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis Web”. Jurnal Elektro Vol. 1, No.1, 49-60.
Nabilah. (2010). “Pengembangan Media Layanan Konseling Melalui Internet di Perguruan Tinggi”. Universitas Negeri Jakarta.
Ifdil. (2013). “Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan Konseling”. Jurnal Konseling dan Pendidikan, Vol. 1, No. 1.