Harapan
Setiap
manusia pasti mempunyai harapan. Harapan tersebut tergantung pada
pengalaman, pengetahuan, lingkungan hidup, dan kemampuan
masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan. Agar harapan terwujud, perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Harapan menyangkut dengan masa depan.
Apa sebab
manusia mempunyai harapan?
Menurut
kodaratnya, manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak luput dari
pergaulan hidup.
Dua hal yang
mendorong manusia bergaul dengan manusia lain yaitu:
1. Dorongan
kodrat
Kodrat
adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam
diri manusia sejak manusia itu diciptakan Tuhan. Dorongan kodrat
menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau
harapan, misalnya menangis, tertawa, dan sebagainya.
2. Dorongan
kebutuhan hidup
Kebutuhan
hidup secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani misalnya makan dan minum. Kebutuhan
rohani misalnya ketenangan.
Dengan
adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai
harapan. Pada hakikatnya harapan adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut
Abrahan Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah:
·
Kelangsungan hidup (survival)
untuk
melangsungkan hidupnya, manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia sejak kecil telah mulai
belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi, harapan memperoleh sandang,
pangan, dan papan yang layak akan terpenuhi.
·
Keamanan
Setiap orang
membutuhkan keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan
yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman.
Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi
pemiliknya.
·
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang
mempunyai hak dan kewajiban. Bila seseorang telah menginjak dewasa, maka
ia merasa sudah dewasa, sehingga saatnya mempunyai harapan untuk
dicintai dan mencintai. Pada usia remaja, biasanya terjadi konflik batin
pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab umumnya remaja mulai menentang
sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai dengan alamnya.
·
Status
Setiap orang
membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Manusia tentu
akan bertanya status keberadaannya, status dalam keluarga, status dalam
masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting, karena
dengan status, orang tahu siapa dia.
·
Perwujudan cita-cita
Selanjutnya
manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya, pangkat, atau profesinya.
Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandainnya agar diakui
kehebatannya.
Do'a
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i yang sebenanya.Ada berbagai macam doa. Salah satunya adalah doa untuk kedua orang tua kita.
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
Kepercayaan
Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran.
Teori kebenaran :
Teori kebenaran :
a.
Teori Corespondence
Menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh
pernyataan atau pendapat tersebut.
Masalah kebenaran menurut teori
ini hanyalah perbandingan antara realita obyek (informasi, fakta, peristiwa,
pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek,
maka sesuatu itu benar.
b.
Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah
apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap
relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat
konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam
waktu dan tempat yang lain.
Menurut teori consistency untuk
menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan
realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya
dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena
itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali
berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
c.
Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam
praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem
olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna
mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan
pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di
dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan
tuntutan-tuntutan lingkungan.
Teori pragmatisme (the pragmatic
theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki
kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan
kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility)
dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya.
Kebenaran
Kebenaran
atau benar amat penting bagi manusia. Dalam tingkah laku, ucapan,
perbuatan, manusia selalu berhati-hati agar mereka tidak
menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar jika mereka menyimpang dari
kebenaran dalam hal-hal tersebut, dapat mencemarkan
namanya. Kebenaran atau benar merupakan kunci kebahagiaan manusia.
Itulah sebabnya manusia selalu berusaha mencari, mempertahankan,
memperjuangkan kebenaran.
Dasar
kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan dapat dibedakan atas:
·
Kepercayaan pada diri sendiri
Percaya pada
diri sendiri hakikatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan
kepada orang lain sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan
yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
·
Kepercayaan kepada pemerintah
Manusia
sebagai warga negara percaya kepada pemerintah. Misalnya jangan
sedikit-sedikit langsung menolak dan langsung tidak setuju
kepada keputusan pemerintah. Yakinlah bahwa pemerintah juga punya
pertimbangan-pertimbangan agar rakyatnya sejahtera.
·
Kepercayaan kepada Tuhan
Keberadaan
manusia bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan
berarti keyakinan dan pengakuan kebenaran. Kepercayaan itu amat
penting, karena merupaka tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia
dengan Tuhannya. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat Yang Maha
Tinggi yang menciptakan alam semesta dan isinya merupakan konsekuensi
tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.