Pages

Friday, March 27, 2015

Kesehatan Mental

Sumber

A. Definisi Kesehatan Mental

Menurut Pieper dan Uden (2006), Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan oranglain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia.

Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).

Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health) merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut. (1) Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. (2) Sebuah masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berkembang secara optimal.


B. Sejarah Kesehatan Mental

Gerakan Kesehatan Mental berkembang seiring dengan adanya revolusi pemahaman masyarakat mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya, terutama di masyarakat barat. Adapun tahap-tahapan perkembangan gerakan kesehatan mental, yaitu:
  1. Tahap Derminologi (Sebelum Abad Pertengahan)Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti: upacara ritual, penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita. 
  2. Tahap Pengenalan Medis (4 abad SM – abad ke-6 M)
    Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tokoh bidang medis (Yunani): Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa, mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat. Mendapat pertentangan keras dari aliran yang meyakini adanya roh jahat. 
  3. Tahap Sakit Mental dan Revolusi Kesehatan Mental
    Mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya: Phillipe Pinel. Mengutamakan: persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara penanganan dan upaya penyembuhan. Tokoh-tokoh lain yang mendukung adalah:

    ·      William Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum
    ·    Benjamin Rush (1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika
    ·     Emil Kraepelin (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama
    ·    Dorothea Dix (1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara
    ·    Clifford Beers (1876-1943), di Amerika: pengusaha yangmendirikan gerakan kesehatan mental di Amerika.

  4. Tahap Pengenalan Faktor Psikologis (Abad ke-20)
    Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan: penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
  5. Tahap Multifaktorial 
    Mulai berkembang setelah Perang Dunia II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan Revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham Beers (buku ”A Mind That Found Itself”), William James, dan Adolf Meyer. Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
    Ø  pengembangan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
    Ø penyebaran informasi yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada penderita gangguan mental
    Ø    mengadakan riset terkait
    Ø    mengembangkan praktik pencegahan gangguan mental
Sumber


C. Konsep Sehat

Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan spiritual dan kesehatan psikologi.
Sedangkan untuk kesehatan mental dia kerap menggunakan istilah Tibb al-Qalb . Ia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang berhubungan dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.
Dalam kehidupan manusia mempunyai sebuah kesehatan dimana seseorang merasa baik dengan fisik dan mentalnya lebih tepatnya. Sehat yaitu suatu kondisi yang bebas dari berbagai jenis penyakit baik secara fisik, mental, maupun social.
Konsep Sehat adalah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat sekitarnya. Dari konsep sehat tersebut, konsep sehat terdiri dalam 5 dimensi yaitu :

Dimensi Emosi : Dimensi dimana manusia dalam keadaan sehat dan dalam keadaan mampu mengatur emosi nya sendiri. Manusia dapat memperlihatkan emosinya seperti marah, senang, gelisah, ataupun sedih. Seseorang yang mengekspresikan kesedihannya, akan terlihat dari raut wajahnya dikarenakan emosi yang timbul dalam diri manusia itu sendiri adalah perasaan atau cermin dari sesuatu yang dirasakannnya. 

Dimensi Intelektual: Dalam keadaan sehat yakni dalam keadaan mampu menerima, menyerap segala macam pembelajaran atau pendidikan yang ada baik secara langsung maupun tidak langsung. Seseorang yang mempunyai intelektual tinggi dapat mengingat dengan baik informasi yang ada disekelilingnya.

Dimensi Sosial : Adanya tindak kedekatan dengan orang-orang disekelilingnya dengan cara beradaptasi dan menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan sesama ataupun dengan lingkungan sekitarnya. 

Dimensi Fisik dan Mental : Keadaan fisik dan mental adalah keadaan yang dapat di rasakan oleh seseorang dalam sadar ataupun tidak sadar yang menyangkut fisik dan mental seseorang tersebut. Ada kalanya seseorang harus sadar tentang kesehatan dirinya sendiri untuk menjaga dirinya dari penyakit yang dapat menyerang fisik ataupun yang timbul dari gangguan mental.

Dimensi Spiritual : Manusia dalam menjalani hidupnya pun harus terarah dengan konsep agama yang ada dalam dirinya dan manusia dituntun untuk memenuhi ajaran agama agar menuntun rohaninya untuk melakukan hal baik dan sehat.

D. Perbedaan Konsep Kesehatan Mental Barat  dan Timur

Model Barat

1. Model Biomedis (Fruend, 1991)
Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkembangan biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dengan tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In Corpore Sano”.
Memiliki 5 asumsi: (Freund, 1991)

  • Terdapat perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu.
  • Penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh.
  • Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi.
  • Tubuh seperti sebuah mesin.
  • Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.

2. Model Psikiatris (Helman, 1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangguan mental.
Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman.
Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan-kemungkinan lingkungan.
Model sosial: menekankan gangguan dalam konteks performansnya.

3. Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis. Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara faktor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.

Model Timur

Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990).

1. Holistik sempit
Organisme manusia dilihat sebagai suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.

2. Holistik luas
Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem-sistem  yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi juga bias mempengaruhi dan mengubah lingkungan.




Referensi:
Dewi, Kartika Sari. (2012). Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
Adityawarman, Indra. 1978. Jurnal Dakwah dan Komunikasi : Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. 4 (1). 1-4. 
Whitbourne, Halgin. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika






1 comments:

Anonymous said...

Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

Post a Comment