PSIKOLOGI MANAJEMEN
Motivasi Kerja Pada Karyawan EO (Event Organizer)
3PA01
Kelompok 4 :
Augi
Yobel Timothy
Megah
Purnamasari
Novia
Triani Gusman
Rizke
Nandiniati
Shirley
Aulia Nazli
Ulva
Khairani
Depok
2016
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian
Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu proses dimana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil dicapai
akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Misalnya, rasa haus
(kebutuhan untuk minum) menyebabkan kita tertarik pada air segar. Jika tidak
haus kita akan bersikap netral pada air (Munandar, 2001).
Motivasi yaitu faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.Faktor-faktor itu sering
kali disebut dengan motivasi, sebagai tujuan yang diinginkan yang mendorong
orang berperilaku tertentu, sehingga motivasi sering pula diartikan dengan
keinginan, tujuan kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian
untuk menjelaskan motivasi seseorang (Hariandja, 2002).
Menurut McGinnis (dalam Sutoyo, 2000) motivasi kerja
merupakan kehendakuntuk menggunakan usaha yang tinggi terhadap tujuan
organisasi, dikondisikan oleh kemampuan dari usaha tersebut untuk memenuhi
beberapa kebutuhan individu.
Sedangkan
menurut Steers dan Porter (dalam Bakar, 2012) definisi motivasi kerja
merangkumi tiga fungsi yaitu, ia menggerakan atau mendorong pekerja untuk
bekerja, mendorong pekerja bertindak untuk mencapai matlamat, mengekalkan usaha
selagi matlamat tidak dicapai.
Kemudian
menurut Pinder (2008), motivasi kerja adalah seperangkat kekuatan energik yang
berasal baik dari dalam mapun dari luar makhluk individu, untuk memprakarsai
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan, dan untuk menentukan bentuk, arah,
intensitas, dan durasi perilaku tersebut.
Sementara
itu menurut Fuad dkk (2006), motivasi kerja adalah proses pemberian motif
(penggerak) kepada karyawan untuk dapat bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Dapat
disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa motivasi kerja merupakan
kehendak yang mempengaruhi perilaku individu dalam bekerja untuk memenuhi
kebutuhan individu juga memenuhi tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
B.
Teori Motivasi
1.
Teori Drive Reinforcement
Teori
ini berhubungan dengan teori belajar operant
conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok: aturan
pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan
aturan pokok lainnya yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang
salah.
Pemerolehan
dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya.Pengukuhan dapat
terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau
negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah
diberikan) tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau
tindakannya dengan akibat-akibatnya.
Siegel
dan Lane (1982) mengutip Jablonske dan de Vries, memberi saran bagaimana
manajemen dapat meningkatkan motivasi kerja tenaga kerja, yaitu dengan:
a.
Menentukan apa
jawaban yang diinginkan
b.
Mengkomunikasikan
dengan jelas prilaku ini kepada tenaga kerja
c.
Mengkomunikasikan
dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima tenaga kerja jika jawaban yang
benar terjadi
d.
Memberi ganjaran
hanya jika jawaban yang benar yang dilaksanakan
e.
Memberika ganjaran
kepada jawaban yang diinginkan pada saat yang paling memungkinkan, yang
terdekat dengan kejadian
Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada
asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan
tertentu, yang merupakan proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh
Jablonske dan de Vries, individu diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang
lebih produktif.
2.
Teori Harapan
Sejak dikembangkan oleh Vroom, teori harapan
dikembangkan lebih lanjut oleh ahli lain, antara lain oleh Porter & Lawler.
Dalam pembahasan teori harapan selanjutnya akan dikemukakan teori harapan yang
dikembangkan oleh Lawler berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari
Porter-Lawler (1968), sebagaimana disajikan oleh Siegel & Lane (1982).
Model
teori harapan dari Lawler mengajukan empat asumsi:
a.
Orang mempunyai
pilihan-pilihan antara berbagai hasil-keluaran yang secara potensial dapat
mereka gunakan. Dengan perkataan lain, setiap hasil-keluaran alternatif
mempunyai harkat (valence = V), yang
mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif, juga
disebut tujuan-tujuan pribadi (personal
goals), dapat disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan. Jika
disadari, maknanya serupa dengan penetapan tujuan-tujuan. Jika tidak disadari,
motivasi kerjanya lebih bercorak reaktif.
b.
Orang mempunyai
harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke perilaku unjuk-kerja (performance = P) yang dituju. Ini
diungkapkan sebagai harapan E-P.
c.
Orang mempunyai
harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran (outcomes = O) tertentu akan diperoleh
setelah unjuk-kerja (P) mereka. Ini diungkapkan dalam rumusan harapan P-O.
d.
Dalam setiap
situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan
tadi yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan ditentukan oleh
harapan-harapan (E-P, dan P-O) dan pilihan-pilihan yang dipunyai orang pada
saat itu.
Model
harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya motivasi seseorang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Menurut
Lawler, faktor-faktor yang menentukan E-P (kemungkinan besarnya upaya
menyebabkan tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan) ialah harga diri atau
kepercayaan diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang yang
aktual, komunikasi (informasi dan persepsi) dari orang lain. Misalnya P,
unjuk-kerja yang diinginkan adalah nilai A untuk mata ujian psikologi Industri.
Kepercayaan diri Anda besar akan kemampuan menguasai mata pelajaran ini.
Pengalaman yang lampau bahwa jumlah 20 jam diperlukan mempelajari bahan mata
ujian yang diperkirakan sama ‘beratnya’. Lama ujian dua jam, sama dengan mata
ujian lainnya. Persepsi orang lain terhadap Anda ialah bahwa Anda mampu
menguasai bahan Psikologi Industri. Anda mempunyai pilihan untuk mencapai nilai
A, B atau C. Jika ingin mencapai nilai A, maka Anda akan menyediakan waktu
belajar selama 20 jam untuk mempelajari bahan Psikologi Industri.
Besar
kecilnya harapan P-O (sebesar apa kemungkinannya untuk mendapatkan berbagai
hasil-keluaran jika mencapai unjuk-kerja tertentu) juga ditentukan oleh
berbagai faktor, yaitu: pengalaman yang lalu dalam situasi yang serupa,
ketertarikan dari hasil-keluaran, kepercayaan dalam kendali internal dalam
melawan eksternal, harapan-harapan E-P, situasi aktual dan komunikasi dari
orang lain. Tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan tidak menyebabkan adanya
kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi dengan tercapainya unjuk-kerja tersebut akan
terkait kemungkinan diperolehnya hasil-keluaran yang memenuhi atau gagal
memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Misalnya dengan dicapainya nilai A untuk
Psikologi Industri diharapkan akan diperoleh kepercayaan yang lebih besar dari
orang lain (hasil keluaran yang positif), iri hati dari rekan-rekan seangkatan
(hasil-keluaran yang negatif), peningkatan kemudahan dan kelancaran dalam
studi, penambahan teman untuk belajar bersama, makin besar kemungkina untuk
memperoleh promosi jabatan, dan sebagainya.
Komponen
ketiga dari model Lawler ialah harkat atau valence
(V) yang mencerminkan bagaimana perasaan Anda terhadap berbagai hasil-keluaran.
Hasil-keluaran adalah positif, jika Anda lebih ingin mencapainya, negatif jika
Anda tidak ingin mencapainya, dan netral, jika Anda tidak mempedulikan
hasil-keluarannya.Harkat diungkapkan dalam angka dan berkisar antara +1 sampai
-1. Misalnya mendapat promosi jabatan mendapat harkat +0,9, sedangkan
menimbulkan iri hati pada rekan seangkatan mungkin harkatnya -0,5.
Implikasi Teori
Harapan:
a.
Para manajer
dapat mengkorelasikan hasil yang lebih disukai untuk tingkat kinerja yang
ditujukan.
b.
Para manajer
harus memastikan bahwa karyawan dapat mencapai tingkat kinerja yang ditujukan.
c.
Karyawan layak
harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka.
d.
Sistem imbalan
harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi.
e.
Organisasi harus
merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang.
f.
Tingkat motivasi
karyawan harus terus dikaji melalui berbagai teknik seperti kuesioner,
wawancara personal, dan lain-lain.
3.
Teori Tujuan
Teori
tujuan ini diusulkan oleh Locke.Locke mengusulkan model kognitif, yang
dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan
perilaku seseorang.Teori ini secara relatif lempang dan sederhana.Aturan
dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke,
tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat
diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk kerja yang lebih tinggi
daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Teori
tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada intuitif yang
solid.Penelitian-penelitian yang didasarkan pada teori ini menggambarkan
kemanfaatannya bagi organisasi.
Teori
ini juga menyatakan bahwa mencapai
tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja
karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang
jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
·
Ia akan
berorientasi pada hal hal yang diperlukan
·
Ia akan berusaha
keras mencapai tujuan tersebut
·
Tugas tugas
sebisa mungkin akan diselesaikan
·
Semua jalan
untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori
ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas
dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang
tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut
dengan Goal Setting (penetapan
tujuan). Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi
harapan.Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai.Sasaran-sasaran
pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence)
yang berbeda-beda.
Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat
dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, dapat seperti MBO, diwajibkan oleh
organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment)
besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila
seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada
saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun
waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan
tersebut tidak terlalu besar. Penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a.
Tujuan adalah
yang mengarahkan perhatian
b.
Tujuan adalah
yang mengatur upaya
c.
Tujuan adalah
meningkatkan persistensi
d.
Tujuan adalah
menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
4.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Ketika
setiap kebutuhan pada dasarnya terpenuhi, kebutuhan yang berikutnya menjadi
dominan pada hidup manusia. Individu akan bergerak menaiki tingkat hirarki
kebutuhannya. Dari sudut motivasi, terori tersebut mengatakan bahwa meskipun
tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpenuhi, sebuha kebutuhan yang pada
dasarnya telah terpenuhi tidak lagi memotivasi.Jadi bila ingin memotivasi
seseorang menurut Maslow.Kita harus memahami tingkat hiraraki dimana orang
tersebut berada saat ini dan fokus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas
di atas tingkat tersebut.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam
urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
adalah:
a.
Kebutuhan
fisiologikal (physiological needs),
seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex
b.
Kebutuhan rasa
aman (safety needs), tidak dalam arti
fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
c.
Kebutuhan akan
kasih sayang (love needs);
d.
Kebutuhan akan
harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
e.
Aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
5.
Kebutuhan Yang Relevan Dengan Perilaku Dalam
Organisasi
Kebutuhan
adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam
aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk
berusaha.Pada dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi
kebutuhan.Atau fundamen yang mendasari perilaku pegawai.Karena tidak mungkin
memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut:
·
Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas,
seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula
sebagai kebutuhan yang paling dasar.
·
Kebutuhan rasa
aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
·
Kebutuhan untuk
rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
·
Kebutuhan akan
harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
·
Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan
potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan
kritik terhadap sesuatu
C.
Aspek Motivasi Kerja
Menurut Umar
(2002) aspek-aspek yang berperan dalam motivasi kerja yaitu:
1.
Budaya
organisasi
Budaya
organisasi yang positif akan mendorong motivasi kerja karyawan dan meningkatkan
efektivitas organisasi. Semakin kuat budaya organisasi maka semakin kuat pula
motivasi kerjanya.
2.
Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja merupakan elemen organisasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan perilaku individu pada organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi
organisasi.Motivasi kerja dipengaruhi oleh tersedianya kondisi lingkungan kerja
baik lingkungan kerja fisik maupun sosial budaya untuk menciptakan motivasi
kerja yang baik.
3.
Kepuasan kerja
Kepuasan
kerja adalah perasaan atau penilaian seseorang atas pekerjaannya dimana
pekerjaan tersebut berhubungan dengan harapan, kebutuhan, dan keinginan
mereka.Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membutuhkan motivasi kerja yang
tinggi.
D.
Faktor Motivasi Kerja
Menurut
Fuad dkk (2006) terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi motivasi kerja
yaitu:
1. Kebutuhan
pribadi
2. Tujuan dan
persepsi individu atau kelompok
3. Cara untuk
mewujudkan kebutuhan, tujuan, dan persepsi tersebut
Sementara
itu menurut Nata (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah:
1. Uang
2. Fasilitas
kerja
3. Kepuasan
kerja
4. Perusahaan
besar
5. Manajemen
yang baik
6. Rasa aman
7. Jenjang karir
yang jelas
8. Pimpinan yang
mau membina dan memotivasi bawahannya
9. Rekan kerja
yang baik
10. Lingkungan
kerja yang baik
BAB 2
PEDOMAN WAWANCARA
I.
Subjek
A.
Identitas
Subjek
1. Nama
(Inisial) : RN
2. Jenis
Kelamin : Perempuan
3. Usia : 28 tahun
4.
Pendidikan : Diploma 4 (D4)
5.
Pekerjaan :Freelance EO
B.
Latar
Belakang Subjek
1. Apakah profesiAnda saat ini?
2. Dimanakah Anda bekerja saat ini ?
3. Sudah berapa lama Anda bekerja di tempat ini?
4. Apakah Anda mempunyai pengalaman bekerja sebelumnya?
5. Mengapa Anda memutuskan untuk bekerja di tempat ini?
C.
Daftar
Pertanyaan
Teori motivasi kerja
1.
Teori drive reinforcement
a. Hal apa yang memotivasi Anda untuk bekerja di tempat ini?
b. Apakah hasil dari pekerjaan Anda dapat memenuhi kebutuhan Anda?
2.
Teori harapan
a. Apakah pekerjaan yang Anda lakukan sesuai dengan passion Anda?
b. Bagaimana ekspektasi Anda terhadap pekerjaan Anda?
c. Pernahkan Anda mendapat reward atas pekerjaan yang Anda lakukan?
d. Reward seperti apakah yang biasanya diberikan kepada Anda?
e.
Apakah
dampak yang Anda rasakan saat menerima reward tersebut?
f.
Apa saja
hal-hal yang membuat kesulitan Anda saat bekerja?
g. Bagaimana Anda mengatasi kesulitan tersebut?
3.
Teori tujuan
a. Apakah Anda pernah menjadi ketua pelaksana dalam sebuah event di
tempat kerja Anda?
b. Bagaimana cara Anda mengarahkan tim Anda agar tujuan dari
event yang Anda selenggarakan tersebut berjalan dengan lancar?
c. Saat Anda menjadi anggota tim dari sebuat event. Apakah tujuan atau arahan yang
diberikan oleh ketua tim Anda membuat Anda bekerja lebih efektif?
d. Arahan seperti apa yang diberikan oleh ketua tim Anda?
4.
Teori kebutuhan Maslow
a. Apakah Anda nyaman dengan pekerjaan Anda saat ini?
b. Apakah Anda mempunya keinginan untuk beralih ke profesi
lain?
c. Harapan apa yang Anda inginkan jika Anda beralih ke
profesi tersebut?
d. Bagaimana pendapat Anda, jika kenyataan yang Anda
dapatkan tidak sesuai dengan eksepektasi Anda?
e. Apakah Anda pernah merasa jenuh dengan pekerjaan Anda?
f. Bagaimana Anda mengatasi hal tersebut?
g. Siapakah orang yang Anda harapkan untuk selalu memberikan
semangat kepada Anda saat
bekerja?
h. Hal apakah yang Anda rasakan saat orang-orang tersebut
memberikan Anda semangat dalam bekerja?
KESIMPULAN
Berdasarkan teori drive
(reinforcement) tentang adanya hubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skinner
tentang penguatan. Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi
bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan tertentu,
yang merupakah proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan
de Vries individu diajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang lebih proaktif.
Telah kita ketahui subjek dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan
mendapat reward dari tempat dimana
subjek bekerja maka dari itu subjek diberi penguatan positif.
Berdasarkan teori
harapan dari Lawyer, subjek dapat mengimplikasikannya yaitu :
- Karyawan layak harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka. Ya karena subjek mendapat reward dari kantor tempat ia bekerja
- Sistem imbalan harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi. Ya karena subjek diberi kesempatan untuk memilih hadiah
- Organisasi harus merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang. Subjek suka dengan pekerjaan yang menantang dan berkembang sesuai dengan hasil wawancara diatas.
Berdasarkan teori tujuan teori ini mengatakan bahwa
kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori
ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki
tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu
menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki
nilai kepentingan pribadi (valence)
yang berbeda-beda. Subjek memiliki tujuan yang jelas ketika bekerja, dan subjek
memiliki motivasi yang tinggi subjek dapat membeli rumah, mobil dan
membahagiakan keluarganya merupakan tujuan dari motivasi kerja subjek.
Berdasarkan teori Maslow, subjek nyaman menjalani
pekerjaannya saat ini dapat mencukupi kehidupan sehari-hari subjek, terpenuhi
akan kasih sayang.