Judul Asli :
Kurtlar Vadisi Filistin.
Rilis :
28 Januari 2011
Sutradara :
Zübeyr Şaşmaz.
Penulis
Naskah : Bahadir Ozdener.
Perusahaan Produksi : Pana Film.
Sebuah
film kontroversial Turki yang diangkat dari kisah nyata untuk mengeksplorasi
kebijakan Israel terhadap Palestina telah dirilis di bioskop-bioskop di seluruh
Turki.
Kapal
MV Mavi Marmara menjadi terkenal ketika kapal yang
mengangkut bantuan kemanusiaan untuk Palestina ini diserang pasukan Israel pada
Mei 2010 silam. Tujuannya tak lain agar bantuan yang sudah dikumpulkan tidak
bisa sampai untuk rakyat Palestina. Tragedi penyerangan kapal MV Mavi Marmara,
merupakan bagian dari gerakan “Gaza Freedom Flotilla” yang menyebabkan
kemarahan dunia. Padahal keenam kapal yang diorganinasi oleh gerakan Free Gaza Movement dan The Turkish Foundation for
Human Rights and Freedoms and Humanitarian Relief (IHH) dari awal sudah menyatakan bahwa
hanya membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Palestina, yang telah
diblokade begitu lama dari dunia luar oleh zionis Israel, sehingga tidak bisa
mendapat bantuan sama sekali dari dunia luar. Jangankan berhasil mengantarkan
misi kemanusiaan, keenam kapal yang gagal menembus blokade laut Israel di Gaza
ini malah dipaksa kembali ke Turki. Sedangkan MV Mavi Marmara yang berisi 8
orang berkebangsaan Turki dan seorang Turki Amerika, menjadi bulan-bulanan
senjata pasukan Israel.
Berangkat dari kejadian
yang sempat menggegerkan dunia, Zübeyr Şaşmaz, sang sutradara, kini mengangkatnya ke
layar kaca dan dikemas dengan judul Valley
of the Wolves : Palestine. Dalam film yang rilis 28 Januari 2011 ini, mengisahkan tentang sekelompok
pasukan komando Turki yang dipimpin oleh Polat
Alemdar (diperankan oleh Necati
Sasmaz) berhasil menyusup ke wilayah Israel,
untuk memburu seseorang yang amat bertanggungjawab atas tragedi penyerbuan
Flotilla, Mose Ben
Eliyezer (Erdal Besikçioglu). Film ini dibuka dengan adegan
pembunuhan di atas kapal Marmara Mavi yang menyoroti pada popularitas daerah
Turki. Instruksi Polat adalah: balas kematian sembilan
warga Turki di atas MV Mavi Marmara dan penderitaan semua orang Palestina. Film
ini diyakini akan menyulut kembali kemarahan dunia dan mempertegang hubungan
antara Turki dan Israel. Apalagi Israel tidak menganggap remeh keberadaan film
ini. Valley of the Wolves merupakan sebuah film berseri yang tayang mingguan di
layar kaca Turki sejak tahun 2003. Pada dasarnya, Valley of the Wolves
menceritakan perjalanan Polat, seorang mata-mata yang ditugasi untuk melakukan
beberapa misi yang mustahil. Polat bahkan disejajarkan dengan James Bond yang juga menerima banyak
misi mustahil namun tetap bisa terselesaikan. Sebagai James Bondnya Turki,
sosok Polat cukup mengena di hati masyarakat. Bahkan gaya Polat menjadi style
tersendiri bagi remaja di Turki.
“The Valley of the Wolves: Palestine” masuk
dalam jajaran film termahal di Turki dengan menelan biaya produksi sebesar 20
juta dollar. Dan mengambil lokasi syuting di Adana dan Tarsus, melibatkan lebih
dari 400 orang kru.
“We’re calling out to people’s conscience. All we want is freedom
for innocent and tormented Palestinian people living in inhumane conditions in
the world’s biggest prison” Begitulah pendapat yang dikemukakan Bahadır
Özdener, sang penulis skenario.
Sebelum mengetengahkan nasib rakyat
Palestina yang dipenjara di tanahnya sendiri, Bahadır Özdener, selaku sang penulis
skenario, juga pernah mengusik perihal perang Irak yang tidak berkesudahan
dalam Valley of the Wolves : Iraq.
Dalam film The Valley of the Wolves: Palestine, Ozdener mengatakan bahwa dirinya ingin membuka mata dunia
dan menceritakan sejarah, mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Palestina. Dia
menyebut konflik Palestina sebagai sebuah contoh sempurna dari target-target
kaum penjajah. Turki telah sejak lama menjadi anggota NATO, sekutu tradisional
Amerika Serikat, dan menjalin hubungan dengan Israel sejak pertengahan tahun
1990-an. Turki menganut paham sekuler, namun mayoritas penduduk negara tersebut
adalah Muslim.
"Sederhananya,
film itu mengisahkan mengenai Turki yang mendapatkan serangan kekuatan asing,
pertama dari AS, kemudian dari Israel."
"Cerita yang
diangkat dalam tayangan ini adalah kisah alternatif dari peristiwa yang
sebenarnya terjadi," tambah Orhan Tekelioglu, seorang cendekiawan yang
menulis mengenai film tersebut dalam kolomnya di surat kabar Radikal.
Valley of the Wolves: Palestine
dibuat beberapa saat setelah seri Valley of
the Wolves memicu kecaman di Israel. Pada
bulan Januari lalu, sehubungan dengan penayangan sebuah episode serial televisi
populer tersebut, yang mengisahkan agen-agen Israel menculik seorang anak
Turki, Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon, memanggil duta besar
Turki. Pertemuan Ayalon dan duta besar Turki berbuntut panjang karena Ayalon
menolak menjabat tangan Ahmet Oguz Cellikol, sang duta besar Turki, dan
mendudukkan Cellikol di kursi yang lebih rendah di hadapan kamera televisi. Turki
marah besar dengan tindakan tersebut, dan kini, hubungan Israel dan Turki
bertambah tegang dengan film tersebut, yang akan menceritakan sepak terjang
Polat Alemdar di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem.
"Kami tidak bisa
menanggapi sesuatu yang belum kami saksikan," kata Tal Gat, deputi
konsulat jenderal Israel di Istanbul.
Liga Anti Penistaan (Anti-Defamation League – ADL),
sebuah kelompok Yahudi yang berbasis di AS dan menentang anti-Semitisme,
mengatakan bahwa film tersebut berseberangan dengan tradisi Ottoman (Turki)
yang menjunjung toleransi beragama.
"Dalam sejarahnya,
Turki tidak "tercemar" dengan anti-Semitisme," kata Abraham
Foxman, direktur nasional ADL. "Tapi ironisnya, saat ini Turki menyebarkan
anti-Semitisme melalui media massa."
Tayangan Valley of the Wolves, yang dibuat oleh
perusahaan produksi Pana Film, meraup sukses luar biasa di Turki. Alin
Tasciyan, kritikus film Turki, yakin bahwa Valley of the Wolves, yang mengusung
gaya Hollywood, dapat menyampaikan pesan yang amat berbeda. Dia menyebut film ini
sebagai film yang "anti-Amerika,
namun dengan gaya yang sangat Amerika."
Sources : dari berbagai sumber
2 comments:
itu kan ada quote langsung dr pembuat film nya yaks... klo bisa di sebutkan sumbernya.
contoh :
"Kami tidak bisa menanggapi sesuatu yang belum kami saksikan," kata Tal Gat, deputi konsulat jenderal Israel di Istanbul, seperti yang dilansir...(nama medianya)
iyaaa sist..
tapi berhubung udah lama dikerjain, lupa apa nama webnyaa
thank's koreksinya ^^
Post a Comment